Sabtu, 03 Februari 2018

Antara Kebaikan dan Kawan

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah yang senantiasa memberikan Rahmat-Nya pada kita dan hingga saat ini kita masih diberi kesempatan untuk terus belajar beragama dan menyalurkan ilmu yang secuil ini kepada saudara-saudara kita. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, dan para shahabat, Amin.

Pernahkah saudara mendengar satu mahfudzat ini?

***
"من كثر إحسانه، كثر إخوانه"
Man katsura ihsaanuhu, katsura ikhwaanuhu

“Barangsiapa yang banyak amal kebaikannya, maka banyak pula saudaranya.”
***

Maksud dari saudara di sini, bukanlah seseorang yang lahir dengan nasab yang sama dengan kita. Pengertian saudara dalam Agama Islam tidaklah sesempit itu. Islam mengatakan bahwa setiap yang beriman adalah saudara. Meski kita tidak lahir dalam satu rahim ataupun tidak memiliki nasab atau keturunan keluarga, kita adalah saudara, saudara seiman. Jadi, maksud dari saudara di sini, lebih kita kenal dengan sebutan kawan.

Setiap individu secara alamiah menginginkan kawan yang baik sehingga dapat kita simpulkan sendiri apa makna dari kata mutiara di atas. Namun masalahanya, baik yang seperti apa? Karena geng motor yang menimbulkan keresahan di masyarakat tak hanya terdiri dari dua atau tiga orang saja. Jumlah mereka bahkan bisa belasana bahkan puluhan. Mereka tergolong memiliki kawan yang banyak meski nilai sosial mereka sangat negatif di mata masyarakat. Namun tak hanya berhenti di geng motor saja. Jika kita beralih pandang kepada satu tempat yang penuh gemerlap dengan dentuman musik yang menggairahkan… yap, club ataupun diskotik yang merupakan tempat nongkrong paling asyik jaman now. Tak hanya puluhan, bahkan mereka dengan sangat mudah mencari kawan baru hanya dengan saling menukar nomor telepon dan sering melakukan janjian ketemuan.

Saudaraku, di jaman yang banyak yang bilang jaman now ini, banyak yang sudah menyalahartikan kata baik yang sebenarnya. Bahkan ada yang bilang, “Gak papa bangsat yang penting gak makan temen” atau apapun slogan yang menyerupainya, na'udzubillahi min dzalik. Bukankah teringin diri kita menjadi manusia yang baik sekaligus menjadi kawan yang baik? Mereka menilai perilaku baik hanyalah sebatas perilaku yang tak salah bagi mereka. Mereka menilai seorang yang baik sebatas seorang yang selalu berada di pihak mereka. Singkat kata, mereka menilai bahwa mereka selalu benar. Apa yang mereka lakukan adalah benar. Siapa yang berada di pihak mereka adalah benar. Dan segala kebenaran (bagi mereka) itu adalah baik (bagi mereka).

Suadaraku, pada kahikatnya baik adalah sesuatu yang bisa membawa kita kepada kemenangan. Bukan menang judi, bukan menang balap liar, bukan menang minum bir! Karena kemenangan yang sebenarnya adalah ketika kita sanggup melewati shiraathal mustaqiim dengan mudah. Surga… Surga adalah kemenangan yang agung dan kemenangan yang sesungguhnya bagi para muslim. Kebanyakan dari kita tak menyadarinya karena sudah merasa aman dan nyaman dengan kemaksiatan yang telah menjalar di hidup kita. Seakan setelah mati, kita akan menjadi tanah humus yang tak akan lagi dibangkitkan. Seakan setelah mati, kita akan menjadi bintang yang hanya kelom-kelom memerhatikan manusia berlalu-lalang dari langit. Sungguh bukan seperti itu, saudaraku… setelah mati, kita memang akan menjadi tanah pada dzahirnya, namun di balik itu, kita memiliki urusan yang lebih mengerikan dari persidangan meja hijau. Persidangan yang bukan lagi manusia yang menjadi hakimnya, melainkan Sang Khalik, Allah Subhanahu wata’ala.

Yang menjadi persoalan sekarang, bagaimana cara kita mempersiapkan persidangan itu? tentulah dengan amal kebaikan. Dan amal kebaikan itupun tidak serta merta sanggup kita lakukan. Karena jujur, melakukan hal yang baik itu tidaklah mudah. Shalat lima waktu dan tepat pada waktunya sangatlah berat, bukan? Puasa selama 30 hari tidaklah mudah, bukan? Membaca Al-Quran terasa sangat melelahkan daripada membaca pesan What’s App, bukan? Iya, semua itu sangat sulit. Untuk itulah, kita butuh yang namanya motivator, pendorong dan penyemangat dalam berbuat kebaikan. Siapa? KAWAN.

Kawan yang baik bukanlah kawan yang selalu berada di pihak kita. Namun dia yang berani menegur kita ketika kita berada dalam jalan yang salah. Dan menemukan kawan yang seperti itu juga tidak mudah. Kita perlu membuat diri kita pantas untuk dijadikan teman yang baik dengan mulai memperbaiki shalat, dzikir, dan memperbaiki kualitas keimanan. Karena tak hanya jodoh yang baik untuk yang baik, namun kawan yang baikpun juga untuk yang baik. Ketika kita memulai satu langkah melakukan kebaikan, maka satu kawan baikpun akan menyapa. Dan ketika kita terus memperbanyak kebaikan itu, maka puluhan atau bahkan ribuan kawan baik akan meraih tangan kita untuk menuntun kita kepada Jannah-Nya. Karena sesungguhnya seorang mukmin akan masuk surga bersama saudara-saudara(seiman)nya. Amin Ya Rabbal’Aalamin~

Semoga kita selalu dimudahkan oleh Allah dalam melakukan kebaikan dan dikumpulkan bersama orang-orang yang shalih, Amin. Dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Syukron .

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarakaatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pentingnya Memahami Agama Sendiri

Assalaamu’alaikum Warohmatullohi wabarokaatuh. Allahumma Shalli ‘alaa nabiyyina Muhammad Shallaohu ‘alaihi wasallam. Mengapa say...