Kamis, 28 Maret 2019

Pentingnya Memahami Agama Sendiri



Assalaamu’alaikum Warohmatullohi wabarokaatuh.
Allahumma Shalli ‘alaa nabiyyina Muhammad Shallaohu ‘alaihi wasallam.
Mengapa saya menjudulkan tulisan saya kali ini dengan ini? Tentu tulisan ini berlatar belakang. Ini bermula saat sebuah pertanyaan sederhana melintas dalam otak saya.
Mengapa bisa seorang muslim memercayai sesuatu yang belum pernah ia temui? Sesuatu itu pasti merujuk pada Allah Subhanahu wata’al, para Nabi dan Rasul, para Malaikat.
Meski saya tahu jawabannya, saya tetap mencari jawaban yang sekiranya bisa membuat jawaban saya ini semakin kuat dan menambah wawasan saya. Pada fitrahnya, setiap manusia itu muslim, sebagaimana sabda Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
“Setiap manusia lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nashrani.” (Hadits Riwayat Iman Bukhari dan Muslim)
Begitulah jawaban yang saya punya dan saya sangat meyakini hal itu karena memang saya merasakan kefitrahan itu sendiri pada diri saya. Saya merasa memiliki ikatan kuat dengan agama yang saya pegang ini (In syaa Allah hingga ajal menjemput).
Namun ketika saya mengetikkan pertanyaan tadi di bar google dan muncul seketika ribuan tulisan, saya tertarik dengan salah satu judul yang menurut saya agak ganjal. Sayapun mencoba untuk membuka dan membaca tulisan itu.
Dan ternyata tulisan itu bukan milik seorang muslim. Di sana dia mengatakan bahwa banyaknya orang yang berpindah dari agama islam kepada agamanya disebabkan oleh:
1.      al-Quran tidak menjanjikan pengikutnya masuk Surga dan malah mengancamnya dengan neraka. Tidak seperti agamanya yang menjanjikan pengikutnya pertolongan dan Surga, katanya.
Dia juga mengatakan bahwa umat muslim sering membaca dan bahkan menghafal Quran meski sebenarnya mereka tidak mengerti maknanya (sebuah sentilan keras dari seorang non-muslim bagi kita yang membuat saya sedih). Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu? Saya yakin dia membaca isi al-Quran namun saya yakin dia hanya membacanya sekilas dan mungkin memotong-motong maknanya sehingga maknanya menjadi amburadul dan bahkan jauh dari yang dimaksud oleh al-Quran. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا ۙ قَالُوا هَٰذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ ۖ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (Surah al-Baqoroh : 25)
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (Surah an-Nisa’ : 13)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjanjikan umat muslim masuk Surga, saya pun yakin mereka yang beriman tidak meragukan hal itu. Jika dilihat dari makna ayat di atas, dijelaskan berkali-kali bahwa Surga itu diperoleh oleh setiap manusia yang beriman dan bertakwa. Tidak dikatakan seorang pengikut jika dia tidak mengimani dan mematuhi segala ketentuan Allah Subhanahu wata’ala.  Surga itu mahal, bro! Gak cukup dengan bukti tertulis di KTP [Agama : Islam]. Kemenangan hanyalah milik mereka yang bersungguh-sungguh memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala.
2.      Islam mengajarkan pada kekerasan.
Dia mengatakan bahwa banyaknya orang meninggalkan agama Islam karena banyaknya kekerasan yang terjadi di kalangan muslim. Seperti yang sering kita saksikan di berita, si fulan telah membunuh si fulan (dengan alasan beragam) yang saya yakin bahkan semua penikmat berita yakin bahwa pelakunya adalah seorang muslim. Sebab memang mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Belum lagi tragedi bom bunuh diri yang berkedok JIHAD.
Saudaraku beriman, mari kita tarik garis dan mengambil contoh kecil. Selayaknya kita yang pernah menjadi seorang murid yang pernah merasakan kegagalan dalam ujian, siapakah yang patut kita salahkan? Matematika yang terlalu rumit? Atau kita yang tidak mampu mempelajarinya dengan baik atau malah malas untuk mempelajarinya dengan baik?? Baik atau buruknya perilaku manusia bukan disebabkan oleh agamanya, namun dirinyalah yang tidak mau mempelajari agamanya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Surah al-Baqoroh : 190)
Lihat? Bahkan Allah Subhanahu wata’ala melarang kita untuk tidak melapaui batas dalam hal ini. Maha Pengasih Allah Subhanahu wata’ala.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Surah at-Taubah : 36)

Allah Subhanahu wata’ala berfirman tentang kata kunci perang dalam surah yang lain:
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Surah al-Hujurat : 9)

Kata perang tidak berarti sebuah acungan pedang. Namun juga dimaksudkan sebuah peringatan agar yang bengkok menjadi lurus kembali. Banyak sekali ayat-ayat Qur’an yang membantah tulisannya, namun untuk memaparkan bagaimana Islam lebih jelas dari ini, saya masih butuh ilmu yang luas dan kesempatan yang panjang.
 Setelah membaca tulisannya itu, saya merasakan panas dalam dada saya. Ingin rasanya saya membalas ucapannya itu dalam kotak komentarnya dengan ini, namun saya rasa itu tidak berguna bagi orang yang sudah berpikiran seperti itu. Untuk itu saya tuangkan pendapat saya dengan sedikit ilmu yang saya dapat dari al-Quran, Hadits, dan beberapa artikel islami lainnya dalam tulisan saya kali ini. Cek lego ngunu lho.. itu istilah jawanya. Dan yang pasti saya berharap bisa memberikan manfaat bagi pembaca.
 Jika kita merasa diri tidak bisa berkata dengan baik, lebih baik jangan mengomentari apapun di tulisan semacam itu. Saya membaca beberapa komentar orang muslim yang malah memberika kata umpatan atas ketidaksetujuan mereka pada tulisannya! Astaghfirullah…. Umpatan semacam itu tidaklah menolong agamamu! Malah hal itu menjadi senjata mereka untuk mengatakan, Begitukah yang Islam ajarkan?? Jadilah netizen yang baik dan yang bisa menjaga kemuliaan agama Islam, saudaraku… Bahkan mungkin sebuah komentar kontra untuknya hanya akan membuat permusuhan antara Islam dan lainnya dan malah membuatnya lebih membenci Islam. Sebab Islam juga mengajarkan toleransi dalam beragama. Allah SUbahanahu wata’ala berfirman dalam surah al-Kaafiruun :
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ * لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ * وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ * وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ * لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ *
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir * Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah * Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah * Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah * dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah * Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku *””

Seperti itulah Islam. Banggalah dengan agama yang kita genggam hari ini dan pastikan agama yang akan kita bawa sampai mati. Memang terdapat banyak ayat yang menimbulkan kesalahpahaman di kalangan awam, yakni mereka yang hanya sebatas membaca sekilas dan selesai dengan sekilas itu. Untuk itu, jika merasa diri kita termasuk dalam pengikut Nabi Muhammad, maka marilah mengenal Islam. Jika ingin mengenal Islam, maka berkenalanlah dengannya secara keseluruhan, jangan setengah-setengah. Dan bagi yang memang tidak percaya dengan Islam kami, maka sebaiknya jangan berbicara apapun tentang agama kami. Untukmu adalah agamamu, dan untukkulah agamaku.



Dan bagi saudaraku seiman, dari pada kita sibuk dengan pendapat kontra mereka, marilah kita sibukkan diri untuk belajar lebih banyak tentang Islam, agama kita. Banyaklah membaca al-Quran beserta maknanya, supaya al-quran tidak hanya berhenti sampai mulut saja, namun bisa dimengerti oleh otak kita, dirasakan oleh hati kita, dan memberikan pengaruh positif bagi kita. Bersedihlah ketika mereka menjadikan contoh buruk yang dilakukan salah seorang dari kita (muslim) sebagai cerminan Islam. Ingat sekali lagi bahwa buruknya manusia bukan disebabkan karena agamanya, namun karena dia yang tidak mempelajari agamanya dengan benar. 

Untuk itu, jangan luput untuk berdoa supaya mereka diberi kemudahan Allah Subhanahu wata’ala untuk kembali pada fitrahnya. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang selalu diberi Hidayah oleh Allah Subhanahu wata'ala, selalu bersabar atas segala ujian yang Dia berikan, selalu bersyukur atas nikmat yang Dia berikan, selalu diberi kesempatan untuk memperbaiki ibadah kita, dan menjadikan Islam sebagai agama yang kita bawa hingga akhir hayat kita. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamin.. 
 
Wassalaamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.






Referensi :
http://asysyariah.com/anak-lahir-di-atas-fitrah/
http://id.wikishia.net/view/Surah_Al-Kafirun
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b&tbm=isch&sa=1&ei=HSKdXOrrEIjcz7sPwYmk8AM&q=islam&oq=islam&gs_l=img.3..0i67j0l2j0i67j0l6.22842.23524..24555...0.0..0.657.2511.2-1j0j1j3......1....1..gws-wiz-img.......35i39.nVPk_opZY2k#imgdii=SDIkmS_rzGCOIM:&imgrc=UQvPbejwSdM-RM:
https://tafsirq.com/49-al-hujurat/ayat-9
https://tafsirq.com/9-at-taubah/ayat-36
https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-190 
https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-13

#Islam #ToleransiBeragama #MuslimMuslimah #MukminMukminah #TafsirAlquran #IslamMencintaiPerdamaian #BelajarAgama #TadaburAlquranPenting #BerkomentarBaik 

Sabtu, 03 Februari 2018

Antara Kebaikan dan Kawan

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah yang senantiasa memberikan Rahmat-Nya pada kita dan hingga saat ini kita masih diberi kesempatan untuk terus belajar beragama dan menyalurkan ilmu yang secuil ini kepada saudara-saudara kita. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, dan para shahabat, Amin.

Pernahkah saudara mendengar satu mahfudzat ini?

***
"من كثر إحسانه، كثر إخوانه"
Man katsura ihsaanuhu, katsura ikhwaanuhu

“Barangsiapa yang banyak amal kebaikannya, maka banyak pula saudaranya.”
***

Maksud dari saudara di sini, bukanlah seseorang yang lahir dengan nasab yang sama dengan kita. Pengertian saudara dalam Agama Islam tidaklah sesempit itu. Islam mengatakan bahwa setiap yang beriman adalah saudara. Meski kita tidak lahir dalam satu rahim ataupun tidak memiliki nasab atau keturunan keluarga, kita adalah saudara, saudara seiman. Jadi, maksud dari saudara di sini, lebih kita kenal dengan sebutan kawan.

Setiap individu secara alamiah menginginkan kawan yang baik sehingga dapat kita simpulkan sendiri apa makna dari kata mutiara di atas. Namun masalahanya, baik yang seperti apa? Karena geng motor yang menimbulkan keresahan di masyarakat tak hanya terdiri dari dua atau tiga orang saja. Jumlah mereka bahkan bisa belasana bahkan puluhan. Mereka tergolong memiliki kawan yang banyak meski nilai sosial mereka sangat negatif di mata masyarakat. Namun tak hanya berhenti di geng motor saja. Jika kita beralih pandang kepada satu tempat yang penuh gemerlap dengan dentuman musik yang menggairahkan… yap, club ataupun diskotik yang merupakan tempat nongkrong paling asyik jaman now. Tak hanya puluhan, bahkan mereka dengan sangat mudah mencari kawan baru hanya dengan saling menukar nomor telepon dan sering melakukan janjian ketemuan.

Saudaraku, di jaman yang banyak yang bilang jaman now ini, banyak yang sudah menyalahartikan kata baik yang sebenarnya. Bahkan ada yang bilang, “Gak papa bangsat yang penting gak makan temen” atau apapun slogan yang menyerupainya, na'udzubillahi min dzalik. Bukankah teringin diri kita menjadi manusia yang baik sekaligus menjadi kawan yang baik? Mereka menilai perilaku baik hanyalah sebatas perilaku yang tak salah bagi mereka. Mereka menilai seorang yang baik sebatas seorang yang selalu berada di pihak mereka. Singkat kata, mereka menilai bahwa mereka selalu benar. Apa yang mereka lakukan adalah benar. Siapa yang berada di pihak mereka adalah benar. Dan segala kebenaran (bagi mereka) itu adalah baik (bagi mereka).

Suadaraku, pada kahikatnya baik adalah sesuatu yang bisa membawa kita kepada kemenangan. Bukan menang judi, bukan menang balap liar, bukan menang minum bir! Karena kemenangan yang sebenarnya adalah ketika kita sanggup melewati shiraathal mustaqiim dengan mudah. Surga… Surga adalah kemenangan yang agung dan kemenangan yang sesungguhnya bagi para muslim. Kebanyakan dari kita tak menyadarinya karena sudah merasa aman dan nyaman dengan kemaksiatan yang telah menjalar di hidup kita. Seakan setelah mati, kita akan menjadi tanah humus yang tak akan lagi dibangkitkan. Seakan setelah mati, kita akan menjadi bintang yang hanya kelom-kelom memerhatikan manusia berlalu-lalang dari langit. Sungguh bukan seperti itu, saudaraku… setelah mati, kita memang akan menjadi tanah pada dzahirnya, namun di balik itu, kita memiliki urusan yang lebih mengerikan dari persidangan meja hijau. Persidangan yang bukan lagi manusia yang menjadi hakimnya, melainkan Sang Khalik, Allah Subhanahu wata’ala.

Yang menjadi persoalan sekarang, bagaimana cara kita mempersiapkan persidangan itu? tentulah dengan amal kebaikan. Dan amal kebaikan itupun tidak serta merta sanggup kita lakukan. Karena jujur, melakukan hal yang baik itu tidaklah mudah. Shalat lima waktu dan tepat pada waktunya sangatlah berat, bukan? Puasa selama 30 hari tidaklah mudah, bukan? Membaca Al-Quran terasa sangat melelahkan daripada membaca pesan What’s App, bukan? Iya, semua itu sangat sulit. Untuk itulah, kita butuh yang namanya motivator, pendorong dan penyemangat dalam berbuat kebaikan. Siapa? KAWAN.

Kawan yang baik bukanlah kawan yang selalu berada di pihak kita. Namun dia yang berani menegur kita ketika kita berada dalam jalan yang salah. Dan menemukan kawan yang seperti itu juga tidak mudah. Kita perlu membuat diri kita pantas untuk dijadikan teman yang baik dengan mulai memperbaiki shalat, dzikir, dan memperbaiki kualitas keimanan. Karena tak hanya jodoh yang baik untuk yang baik, namun kawan yang baikpun juga untuk yang baik. Ketika kita memulai satu langkah melakukan kebaikan, maka satu kawan baikpun akan menyapa. Dan ketika kita terus memperbanyak kebaikan itu, maka puluhan atau bahkan ribuan kawan baik akan meraih tangan kita untuk menuntun kita kepada Jannah-Nya. Karena sesungguhnya seorang mukmin akan masuk surga bersama saudara-saudara(seiman)nya. Amin Ya Rabbal’Aalamin~

Semoga kita selalu dimudahkan oleh Allah dalam melakukan kebaikan dan dikumpulkan bersama orang-orang yang shalih, Amin. Dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Syukron .

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarakaatuh.

Kamis, 01 Februari 2018

Meski Sekuntum dari Doaku

Aku mengaku pada diri bahwa cinta ini berlabuh padamu. Aku memang mengaku pada diri bahwa aku ingin selalu memandangmu, berada di sisimu, dan saling memiliki denganmu.

Namun kita bagaikan sebuah kutub yang seakan tak pernah menjadi satu. Kau bagaikan sebuah cermin diriku yang terletak jauh bahkan sangat mustahil tuk ku raih dengan cara apapun. Kecuali, jika Allah berkehendak, segala kemustahilan akan fana.

Dan semua bergantung pada Allah kembali.

Cinta adalah fitrah ku.
Cinta adalah suci.
Aku tak ingin membuat Allah murka karena cinta ini membuahkan nafsu belaka.
Aku tak ingin kesucian cinta ini terbakar oleh api yang terus meletup ketika aku memandang wajah yang selalu kukagumi, tak lain adalah wajahmu.

Jika memang menatapmu adalah zina, aku akan menunduk seraya berharap pada-Nya akan sebuah putusan yang akan tenteramkan hati ini.

Jika memang itu dirimu, aku akan sangat bahagia menerimanya. Namun jika dia bukanlah dirimu, aku harap Allah akan tenteramkan hatiku atas putusan itu.

Aku hanya ingin bahagia atas Ridho-Nya. Dan sebab masih kini, semoga mendoakanmu adalah hal yang diperbolehkan-Nya.

Jadi, jangan menutup hatimu.. karena mungkin Allah akan menyampaikan harapan ini dengan sangat perlahan meski akhirnya kau pun tak berjalan padaku. Aku akan tetap bersyukur ketika Allah mengabulkan salah satu doaku. Dimana doa itu bukanlah untukku, melainkan hanya untukmu.

Rabu, 18 Oktober 2017

Teruntuk Engkau yang Masih Dirahasiakan-Nya

Kepada,
Suamiku yang belum terhalalkan.
Aku menunggumu di sini. Tak tahu siapa nama lengkapmu, tak tahu siapa nama depanmu bahkan nama panggilanmu. Yang aku pastikan, aku menunggu di sini hanya untukmu.

Teruntuk,
Calon imamku.
Sebelum kau memiliki niat serius melamarku, ketahuilah bahwa aku adalah wanita yang sederhana. Aku tak biasa menggunakan berbagai perhiasan di tubuhku. Aku seorang wanita yang memiliki wajah tak berpoles. Aku hanya seorang wanita rumahan yang memiliki hobi memasak.

Kepada,
Lelaki yang akan menjadi ayah dari anak-anakku.
Maafkan aku yang telah menggunakan cinta ini untuk lelaki lain di masa laluku. Aku yang dulu tak pernah berpikir siapa kamu. Dan aku yang dulu kerap mencintai jodoh orang lain dan mengidamkannya menempati posisimu. Maafkan aku. Maafkan aku.

Teruntuk,
Lelaki pemilik tulang rusuk ini.
Aku di sini akan mengubah diri untuk memantaskan diriku untukmu. Aku akan menjadikan dirimu bangga memilikiku selayaknya aku bangga memilikimu. Aku selalu menyematkanmu dalam setiap doaku. Kesehatanmu. Keselamatanmu. Keimananmu. Kesuksesanmu. Semoga kita dipertemukan dalam waktu yang diridhoi oleh-Nya. Dan semoga kita dipertemukan bukan untuk dipisahkan namun untuk menjadi satu hingga mencapai Surga-Nya. Amin.

KEJUJURAN DAN SAHABAT



"مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ، قَلَّ صَدِيقُهُ"

"Barang siapa yang sedikit jujurnya, (maka) sedikit(pula) sahabatnya."

Teman adalah seseorang yang berada dekat di lingkungan kita. Dan teman adalah seorang yang menilai kita dengan jujur (tidak seperti keluarga yang kebanyakan selalu menilai kita benar walau sebenarnya kita masih dalam kesalahan).

Tak hanya jodoh, kawanpun adalah cerminan diri. Teman akan menilai kita baik atau buruk, dari apa yang kita ucapkan dan bagaimana cara kita mengucapkannya. Teman akan menilai kita baik atau buruk, dari apa yang kita lakukan dan bagaimana cara kita melakukannya.

Ketika kita adalah seorang pembohong/penipu/pendusta, maka dengan sadar mereka akan menilai kita dengan demikian. Dan apakah mereka akan dengan senang hati menerima kita sebagai seorang teman? Ada dua kemungkinan;
1. Kita tidak akan diterima sebagai kawan oleh orang-orang yang mencintai kejujuran dan tidak pernah berdusta.
2. Kita akan senang hati diterima sebagai kawan oleh orang-orang yang mencintai kedustaan dan sering berdusta pula.

Dan tugas kita adalah memilih... Inginkan kita memiliki kawan pendusta?

Atau tak inginkah kita memiliki kawan yang selalu dalam kebenaran dan kejujuran??

Kembali lagi pada konsep awal bahwa seorang kawan adalah cerminan diri kita. Jika kita ingin memiliki kawan yang benar, maka kita harus membetulkan perkataan dan perbuatan kita. Namun jika ada salah satu dari anda yang ingin memiliki kawan yang sebaliknya, maka jangan menyesal jika suatu saat mereka mengatakan, "Aku tidak pernah mengenalnya", ketika Anda di dalam titik kehancuran.

Na'udzubillahi min dzalika.

Pentingnya Memahami Agama Sendiri

Assalaamu’alaikum Warohmatullohi wabarokaatuh. Allahumma Shalli ‘alaa nabiyyina Muhammad Shallaohu ‘alaihi wasallam. Mengapa say...